PT. Pos Indonesia Harus Segera Transformasi Digital di Tengah Persaingan Industri Logistik yang Kompetitif

  1. Beranda
  2. Berita
  3. KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Golkar, Gde Sumarjaya Linggih saat melakukan kunjungan kerja di PT. Pindad, Bandung (9/4), Foto : IG @sumarjaya_linggih

PT. Pos Indonesia Harus Segera Transformasi Digital di Tengah Persaingan Industri Logistik yang Kompetitif

Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Gde Sumarjaya Linggih mendorong PT Pos Indonesia untuk segera melakukan transformasi digital secara menyeluruh agar tidak tertinggal di tengah persaingan industri logistik yang semakin kompetitif. 

Menurutnya, keberadaan infrastruktur PT Pos yang sudah menjangkau hingga ke tingkat kecamatan bahkan desa, merupakan kekuatan besar yang perlu dimanfaatkan secara optimal melalui pengembangan teknologi.

“Infrastruktur PT Pos sudah sampai ke pelosok, tinggal sekarang bagaimana pengembangan softwarenya. IT-nya harus diperkuat, diintegrasikan, dan paling penting bisa berkolaborasi dengan platform-platform penjualan online,” kata Gde di sela-sela kegiatan Kunjungan Kerja Reses Komisi VI ke PT Pindad, Bandung, Rabu (9/4/25). 

Lebih lanjut, Gde juga menekankan bahwa PT Pos harus mulai menjalankan efisiensi dalam operasionalnya, termasuk soal ketepatan waktu dan harga yang bersaing dengan perusahaan logistik swasta. 

“Kalau ini bisa dilakukan, saya yakin PT Pos bisa jadi raja di dalam negeri. Tapi kalau tidak mau bertransformasi, ya bisa saja malah jadi seperti dinosaurus pernah besar, tapi akhirnya mati,” ujarnya.

Gde juga menegaskan pentingnya kebijakan afirmatif terhadap PT Pos yang sepenuhnya dimiliki oleh negara. 

“Kalau ini milik kita 100 persen, maka harus ada kebijakan seperti TKDN atau hilirisasi. Pembenahan internal juga harus sejalan dengan kondisi dan teknologi terkini,” jelasnya.

Dalam hal perkembangan teknologi, Gde juga menyoroti pentingnya kesiapan SDM dalam menghadapi era kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, AI bisa menjadi tantangan sekaligus peluang besar jika dikelola dengan bijak. 

“Kita tidak bisa hanya mengutuk atau memuji AI. Kita harus berlayar di antara keduanya, mengembangkan teknologi sambil terus mengimprovisasi keterampilan pegawai,” pungkasnya.