

Menteri Bahlil; Semester I 2025, Kapasitas Pembangkit Listrik Naik 4,4 GW
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa kapasitas terpasang pembangkit listrik mengalami peningkatan sebesar 4,4 gigawatt (GW) pada semester I 2025, apabila dibandingkan dengan 2024.
“Listrik yang terpasang sekarang, untuk tahun 2025 semester I, itu 105 GW. Artinya, selama satu semester ini bertambah 4,4 GW,” kata Bahlil dalam konferensi pers capaian kinerja semester I tahun 2025 Kementerian ESDM Jakarta, Senin, (11/8/25).
Sebesar 876,5 Megawatt (MW) di antaranya berasal dari pembangkit listrik energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun realisasi konsumsi listrik per kapita telah mencapai 1.448 kWh atau 98,9 persen dari target sebesar 1.464 kWh.
Menurutnya, hal ini menunjukkan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap listrik dan juga mendorong pembangunan ekonomi.
Dari sektor minyak dan gas bumi, akumulasi produksi migas rata-rata mencapai 111,9 persen di atas target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Produksi minyak pada bulan Juni 2025 mencapai 608,1 ribu barel per hari atau 100,5 persen dari target APBN 2025 sebesar 605 ribu barel per hari, dengan rata-rata produksi semester pertama mencapai 602,4 ribu barel per hari (99,5 persen dari target).
"Di bulan Juni, produksi kita itu sudah melampaui target APBN sebesar 605 ribu dan sekarang sudah 608 ribu. Ini capaian-capaian. Dan kami sudah berkomitmen, kami juga sudah melaporkan kepada Bapak Presiden, Insya Allah di dalam tahun 2025 ini target APBN bisa tercapai. Dan ini baru pertama ini sejak 2008," jelas Bahlil
Di sisi lain, produksi gas bumi pada Juni 2025 mencapai 1.146,4 MBOEPD dan rata-rata produksi semester 1 sebesar 1.199,7 MBOEPD atau 119 persen dari target.
Adapun porsi pemanfaatan gas bumi sepanjang semester 1 adalah 5.598 BBTUD, dari jumlah tersebut bagian untuk kebutuhan domestik mencapai 69 persen atau 3.877 BBTUD. Hal ini menunjukkan prioritas penggunaan energi untuk mendukung pembangunan dalam negeri khususnya hilirisasi, sementara sebanyak 1.721 BBTUD atau 31 persen sisanya untuk ekspor.
Terkait produksi batu bara, dari Januari hingga Juni 2025, mencapai 357,6 juta ton atau 48,34 persen dari target tahun 2025 sebesar 739,7 juta ton. Dari angka produksi, 104,6 juta ton diperuntukkan bagi penggunaan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO).
"Nah ke depan, atas apa yang diminta oleh DPR, kepada kami untuk melakukan revisi RKAB, dan ini kita akan lakukan, tanpa pandang bulu. Supaya menjaga stabilitas. Kalau kita harganya bagus, berarti negara akan mendapatkan pajak yang baik, pengusaha juga akan mendapatkan keuntungan yang baik. Nah, pengelolaan batu bara, sumber daya alam kita, jangan dimaknai bahwa hanya untuk 5 tahun, tapi nanti kita tinggalkan untuk anak cucu kita," ungkap Bahlil.
Pemanfaatan biodiesel domestik juga menorehkan hasil positif. Dari Januari hingga Juni 2025 pemanfaatan biodiesel sebesar 6,8 juta kL dari target 2025 sebesar 15,6 juta kilo liter (kl).
Capaian ini memberikan manfaat ekonomi signifikan berupa penghematan devisa sebesar 3,68 miliar dolar AS atau Rp60,37 triliun dari pengurangan impor diesel. Selain itu, terdapat peningkatan nilai tambah Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp9,51 triliun.