Firnando Dorong Pemerintah Buat Gebrakan Guna Lindungi Industri Produk Ekspor RI dalam Merespon Tarif Resiprokal Trump

  1. Beranda
  2. Berita
  3. KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Golkar, Firnando Hadityo Ganinduto

Firnando Dorong Pemerintah Buat Gebrakan Guna Lindungi Industri Produk Ekspor RI dalam Merespon Tarif Resiprokal Trump

Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firnando Ganinduto mendorong pemerintah merespons cepat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait tarif timbal balik atau Reciprocal Tarrifs terhadap Indonesia, karena jika tidak diantisipasi dengan cepat dapat memengaruhi industri dalam negeri.

"Pemerintah harus segera membuat sesuatu gebrakan melindungi industri Indonesia yang biasa di ekspor. Apalagi Amerika merupakan tujuan utama ekspor selain China dan Jepang. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan, Tarif ekspor sebesar 32 persen terlalu memberatkan.” kata Firnando kepada wartawan di Jakarta, kamis, (3/4/25).

Salah satu sektor industri yang dikhawatirkan Firnando adalah Industri garmen. Sebab, banyak yang gulung tikar dan kesulitan membayar pesangon. Penerapan kebijakan AS mengenai tarif perdagangan terbaru terhadap negara-negara mitra dagang utamanya akan menggangu ekspor industri garmen, dan jelas membuat keadaan makin terpuruk.

"Dampaknya pasti besar, waktu itu saya pernah bilang dengan Menteri Perdagangan kalau tarif masuk ke Amerika itu tidak boleh tinggi-tinggi, karena garmen kita lumayan banyak kirim ke sana," jelasnya.


Ia juga menambahkan bahwa penurunan ekspor dari 2023 ke 2024 berada di kisaran 8 persen. Indonesia harus mampu menggerek persentase ini untuk naik positif.

“Jika pemerintah tidak berhasil menegosiasikan tarif impor timbal balik dengan Amerika Serikat, opsi lain tentunya melihat peluang untuk relokasi industri ke negara lain yang lebih aman dari kebijaka.” ungkapnya.

Harapannya pengiriman barang industri ke AS tetap berjalan, tanpa ada gangguan yang serius. Mengingat kenaikan tarif impor sekecil apa pun bakal memukul produksi industri dalam negeri. Populasi AS juga berada di urutan ketiga terbesar di dunia. Sehingga bukan saja jumlah pasar yang besar tetapi juga daya belinya yang tinggi, sehingga menjadi pangsa pasar yang tidak semestinya ditinggalkan.

"Indonesia harus mampu merawat hubungan eskpor ke Amerika dengan lebih baik supaya bisa terus berjalan bahkan lebih tinggi lahi volumenya. Karena 1-2 persen saja sudah sangat berarti sekali untuk pelaku usaha ekspor," ujar Firnando.