Firman Soebagyo Ingatkan Ancaman Krisis Pangan Global dampak dari Perang Iran-Israel

  1. Beranda
  2. Berita
  3. KOMISI IV
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo

Firman Soebagyo Ingatkan Ancaman Krisis Pangan Global dampak dari Perang Iran-Israel

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo menyoroti potensi ancaman serius krisis pangan global sebagai dampak dari konflik bersenjata antara Iran dan Israel. Ia mengingatkan bahwa perang tersebut bukan hanya urusan geopolitik regional, melainkan memiliki dampak luas terhadap sektor pertanian global, termasuk Indonesia.

Menurut dia, salah satu dampak paling nyata adalah potensi gangguan pasokan pupuk, terutama urea. Diketahui bahwa, Iran merupakan salah satu produsen urea terbesar di dunia. Jika perang berkepanjangan menghambat produksi maupun ekspor pupuk dari negara tersebut, harga pupuk global bisa melonjak.

“Kondisi ini tentu akan berdampak langsung pada biaya produksi pertanian di banyak negara, termasuk Indonesia yang selama ini masih mengandalkan impor pupuk dari berbagai negara,” kata Firman, sabtu (21/6/25).

Firman juga menyoroti kemungkinan kenaikan harga komoditas pertanian dan energi akibat meningkatnya ketegangan geopolitik global. Ketidakpastian ini dapat mendorong inflasi serta meningkatkan beban hidup masyarakat secara global. Meski belum ditemukan data spesifik terkait besaran impor urea Indonesia dari Iran, Firman menekankan perlunya kajian lebih dalam terhadap data perdagangan dan kebijakan pemerintah untuk memetakan risiko lebih akurat.

Firman juga mendorong pemerintah segera menyusun regulasi yang berpihak kepada petani dan masyarakat produsen pupuk lokal. Ia mengusulkan percepatan produksi pupuk organik berbahan dasar lokal, seperti pupuk dari kotoran hewan (kohe), sebagai langkah nyata mengurangi ketergantungan terhadap pupuk impor.

“Penguatan produksi pupuk lokal sangat mendesak. Ini bukan hanya solusi atas gangguan global, tapi juga bagian dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan,” tegasmya.

Lebih lanjut, Firman juga mengingatkan bahwa krisis pangan memiliki dampak multidimensi, bukan hanya ekonomi tetapi juga sosial, politik, dan bahkan menyangkut stabilitas kepercayaan publik terhadap pemerintah.

Ia menyebutkan bahwa sejarah mencatat bagaimana sejumlah negara, termasuk Jepang dan Myanmar, hingga Indonesia di era 1965 dan krisis moneter 1997–1998, mengalami gejolak besar akibat krisis pangan dan ekonomi.

“Situasi saat ini perlu diwaspadai. Jangan sampai konflik Iran-Israel berkembang menjadi konflik global berskala besar, bahkan memicu perang dunia ketiga,” pungkasnya.

Firman berharap seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, mengambil langkah antisipatif dan bijak, agar Indonesia tidak menjadi korban dari gejolak global yang semakin tidak menentu.