

Ilham Permana Minta Pemerintah Antisipasi Menurunnya Industri Nasional dampak Konflik Israel-Iran
Jakarta - Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Ilham Permana meminta Pemerintah untuk mengantisipasi dampak konflik Timur Tengah terhadap menurunnya industri nasional. Menurut dia, konflik geopolitik Iran-Israel akan berpengaruh pada sektor industri dalam negeri yang mengancam pasokan energi dan bahan baku.
"Lonjakan harga akan menghantam biaya produksi industri yang sangat bergantung pada energi fosil impor dari kawasan Timur Tengah. Situasi geopolitik makin tidak menentu, bukan tidak mungkin angka PMI akan kembali turun atau stagnan dalam waktu dekat," kata Ilham dalam keterangan tertulisnya, Senin (23/6/25).
Ia menyatakan bahwa dampak langsung dari konflik Israel-Iran sudah terlihat dari lonjakan harga minyak mentah dunia. Per 19 Juni 2025, harga minyak Brent tercatat berfluktuasi antara 73 hingga 92 USD per barel.
"Tanpa sistem cadangan dan respons cepat, industri kita bisa lumpuh bahkan saat permintaan pasar tetap tinggi. Di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah, ini adalah solusi konkret untuk menstabilkan biaya input produksi," jelas Ilham.
Ia juga menambahkan, adanya tekanan sektor manufaktur nasional, dimana PMI Manufaktur Indonesia tercatat turun ke level 46,7 per April. Meskipun pada Mei sedikit membaik menjadi 47,4, angka tersebut masih berada di bawah ambang batas ekspansi.
Lebih lanjut, Ilham juga mendukung strategi ketahanan industri pemanfaatan skema LCS Bank Indonesia untuk meredam tekanan nilai tukar. Skema ini sudah diterapkan sejumlah negara mitra, seperti Cina, Jepang, Malaysia, dan Thailand, tetapi belum dioptimalkan pelaku industri.