Mendukbangga: Gerakan ayah antar anak sekolah simbol perubahan budaya pengasuhan

  1. Beranda
  2. Berita
  3. EKSEKUTIF / KABINET
Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji saat mengunjungi SMAN 9 Jakarta untuk memantau gerakan ayah mengantarkan anak di hari pertama sekolah pada Senin (14/7).

Mendukbangga: Gerakan ayah antar anak sekolah simbol perubahan budaya pengasuhan

Jakarta - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan bahwa gerakan ayah mengantarkan anak di hari pertama sekolah menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan dalam keluarga.

Pernyataan tersebut disampaikan Wihaji saat mengunjungi SMAN 9 Jakarta untuk memantau secara langsung gerakan tersebut, yang bertujuan meningkatkan peran pengasuhan ayah terhadap anak, dan termasuk salah satu program terbaik hasil cepat atau quick wins Kemendukbangga/BKKBN, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).

"Gerakan ini juga menjadi simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia. Dari yang semula terpusat pada peran ibu, menjadi lebih kolaboratif dan setara," katanya di Jakarta, Senin (14/7/25).

Gerakan ayah mengantar anak di hari pertama sekolah tersebut dilandasi Surat Edaran Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang bertujuan untuk mengatasi krisis fatherless di Indonesia, yakni minimnya keterlibatan figur ayah dalam pengasuhan anak.

 

"Berdasarkan data, 20,9 persen anak Indonesia mengalami fatherless atau kehilangan ayahnya," ujar dia.

Menurutnya, karakter orang tua penting untuk pertumbuhan anak, karena saat ini, banyak anak yang telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa malu atau gengsi untuk berinteraksi lebih dalam dengan orang tua, termasuk ayah, karena mereka merasa telah dewasa.

Ia juga menyoroti penggunaan gawai yang kini seolah menjadi anggota baru keluarga. Meski tidak anti terhadap penggunaan gawai, tetapi Wihaji mengingatkan penggunaan gawai yang berlebihan akan sangat mempengaruhi pola komunikasi anak dan orang tua.

"Berdasarkan hasil survei, rata-rata anak menggunakan handphone 8,5 jam dalam sehari. Akibatnya, mereka sangat kurang berinteraksi dengan orang tua. Anak-anak kita hari ini seperti kehilangan orang tua, ada tapi seperti tidak ada. Hal ini karena ada handphone yang saya sebut dengan keluarga baru," ucapnya.