

Anggota Komisi VIII; Sekolah Rakyat Jadi Investasi Pembentukan Karakter Generasi Penerus Bangsa
Jakarta - Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Atalia Praratya menegaskan bahwa pembentukan karakter merupakan kunci utama dalam kesuksesan program Sekolah Rakyat. Tak hanya memberikan fasilitas pendidikan dan tempat tinggal yang layak, Sekolah Rakyat menurutnya juga harus menjadi tempat penempaan disiplin, etika, dan rasa tanggung jawab bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem.
“Ini menjadi concern buat kita semua. Anak-anak ini datang dari lingkungan rumah yang berbeda-beda, lalu masuk ke asrama dengan fasilitas yang menurut saya luar biasa, bahkan mungkin di atas rata-rata sekolah lain di Indonesia,” kata Atalia dalam keterangannya kepada wartawan usai kunjungannya ke Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (16/07/25).
Namun, menurutnya, fasilitas bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana anak-anak tersebut dibentuk menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh.
“Mereka tidak boleh dimanja. Harus diberi tantangan. Seperti disiplin mencuci piring, mencuci baju, membersihkan kamar, dan merapikan halaman. Hal-hal sederhana tapi sangat penting untuk menumbuhkan karakter yang kuat,” tegas Atalia.
Disamping aspek kemandirian, Atalia juga menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai moral dan etika, seperti sopan santun, kebiasaan baik, serta rasa syukur.
Menurutnya, anak-anak ini harus dibekali tidak hanya dengan pengetahuan, tapi juga kesadaran akan makna perjuangan dan harapan masa depan.
“Mereka harus diajarkan untuk pandai bersyukur. Ketika mereka berkata kepada orang tuanya, ‘Bu, saya ingin mengangkat derajat Ibu dan Ayah,’ itu jadi bekal yang luar biasa. Harapan itu harus terus dipupuk,” ujarnya.
Ia menilai bahwa Sekolah Rakyat tidak hanya menjadi solusi pendidikan, tetapi juga investasi pembentukan karakter generasi penerus bangsa. Karena itu, ia mendorong agar pendekatan pendidikan di sekolah ini tidak hanya akademik, tetapi menyeluruh termasuk aspek spiritual, sosial, dan emosional.
“Kita berharap fasilitas yang diberikan di sini justru membuat mereka semakin tertantang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan maju. Bukan malah membuat mereka nyaman lalu kehilangan semangat berjuang,” pungkasnya.